PKL Disapu Bersih

Rabu, Oktober 31, 2007


BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pemkot Bandar Lampung akhirnya menggusur PKL Pasar Bambu Kuning. Meskipun diwarnai bentrok massa PKL dengan aparat, penggusuran kios dan lapak kemarin (30-10) berlangsung lancar.


Eksekusi berlangsung mulai pukul 07.30. Lapak dan kios yang digusur sekitar 900 unit, tersebar di Jalan Batusangkar, Jalan Bukit Tinggi, Pasar Pasir Gintung, dan SMEP.
Penggusuran dimulai di Jalan Bukit Tinggi. Saat memasuki kawasan itu, Tim Penertiban yang dikawal aparat kepolisian dan TNI diadang seratusan PKL yang membentangkan spanduk berisi penolakan. Karena PKL tidak juga beranjak dari tempat berdemo, tim akhirnya menurunkan ekskavator.

Para pedagang mencoba menahan alat berat itu dengan memasang badan di jalan. Polisi Pamong Praja (Pol. PP) dan aparat Poltabes meminta PKL memberi jalan. Namun, mereka terus bertahan.

Aksi pukul pun tak terelakan. Massa PKL melempar beberapa batang kayu dan batu.
Karena petugas terus merangsek hingga pedagang akhirnya tak bisa menahan petugas penertiban merobohkan kios-kios mereka. PKL Bambu Kuning hanya pasrah melihat ekskavator menggusur tempat usaha mereka. Tangis dan umpatan pedagang tidak membuat petugas menghentikan aksinya.

"Wali Kota memang tidak memiliki hati nurani. Kami digusur tanpa ada solusi. Kami mengutuk penggusuran ini. Kami ini hanya mencari makan, bukan kekayaan," kata Ketua Aliansi PKL Tanjungkarang Agus Pranata Siregar.

Sekitar pukul 15.00, seluruh bangunan kios yang umumnya terbuat dari papan dan pelat besi rata dengan tanah.

Bambu Kuning Lumpuh
Penggusuran kemarin membuat aktivitas bisnis di Bambu Kuning dan sekitarnya lumpuh. Kerugian atas kebijakan Pemkot menegakkan Perda 8/2000 tentang Ketertiban, Keindahan, Kenyamanan, Keamanan, dan, Keapikan Bandar Lampung itu lebih Rp3 miliar.
Menurut Ketua Umum Perhimpunan PKL Bambu Kuning Zulkarnain, di lingkar utama Plaza Bambu Kuning terdapat 430 PKL. Jika jumlah itu dikalikan biaya pembuatan tempat usaha Rp2,5 juta, kerugian PKL Rp1,075 miliar. Sementara itu, jumlah kios di Jalan Batusangkar dan Jalan Bukit Tinggi lebih 450 unit, dengan total kerugian lebih dari Rp1,12 miliar. "Kerugian kami itu tidak termasuk jual-beli kami yang terhenti total," kata Zulkarnain.

Dalam satu sampai dua minggu ini, Zulkarnain memperkirakan PKL tidak bisa berusaha. "Ini merusak perekonomian kami. Pemkot tidak memikirkan sertifikat tanah yang sudah tergadai di bank untuk modal usaha atas rekomendasi Dinas Pasar. Hidup kami semua hancur. Apa kami harus meminta makan pada Wali Kota," ujarnya.

Lebih sedih lagi, Bariah (55), PKL di Jalan Bukit Tinggi. Dengan berdagang saja dia sulit mencukupi makan anak-anaknya, apalagi setelah lapaknya digusur.
"Sekarang tempat usaha kami hancur. Jangan waktu pilkada saja dia (Eddy Sutrisno) jalan kaki meminta dukungan pada kami, sekarang menghancurkan hidup kami. Dasar Wali Kota tidak punya nurani," kata Bariah.

Nurdin (38), yang sehari sebelumnya sudah membawa pulang barang dagangan, tidak tahu lagi harus berbuat apa. Empat lapak dan kios dia dan keluarganya rata dengan tanah.
Wakil Wali Kota Bandar Lampung Kherlani menyatakan siap menanggung risiko atas penggusuran tersebut. "Saya siap tidak populer. Ini kami lakukan demi meningkatkan derajat hidup PKL itu sendiri. Pemkot telah menyiapkan tempat yang lebih layak dan aman," kata Kherlani.

Sumber : Lampung Post

Tidak ada komentar: